Nama : Miftakhul lnayah
NIM : 15.10.1007
Kelas : PAI C II
Hukum Wanita Haidl Membaca Al-Qur’an
Hukum
membaca Al-qur’an bagi wanita yang mengalami haidl, nifas, dan jinabah inilah
yang menjadikan problem sebagian besar muslimah. Problem ini menimbulkan pendapat
dari berbagai ulama’, ada sebagaian ulama’ yang membolehkan dengan berbagai
alasan dan ada sebagaian ulama yang tidak membolehkan wanita haidl membaaca
Al-quran.
Menurut mazhab Imam Syafi’i membaca Al-Qur’an tidak diperbolehkan apabila dalam keadaan haidl. Dan dalam
buku fathul qhorib yang ditulis oleh Imron Abu Amar membaca Al-Qur’an merupakan
salah satu perkara yang haram dilakukan oleh orang yang sedang haidl. Ada hadis
Rosulullah yang memnyebutkan larangan membaca Al-qur’an yang berbunyi:
لاتقرا الحائض ولاالجنب من القران
Tidak diperbolehkan bagi orang yang
sedang junub dan wanita yang sedang haidl membaca sesuatu dari Al-Qur’an. (HR. Imam Tirmidzi).
Tetapi hadis diatas telah disepakati
oleh oleh para ulama ahli hadis sebagai hadis dha’if. Karna para ulama
beranggapan pada masa Rosulullah sudah ada perempuan yang haidl, maka
seandainya membaca Al-Qur’an itu diharamkan bagi mereka tentulah Nabi
menjelaskan kepada umatnya dan juga para istri-istri beliau mengenai larangan
tersebut.
Didalam buku Haidl dan Istihadhoh
dijelaskan bahwa melafadkan atau membaca Al-Qur’an bagi wanita yang sedang
junub dan wanita yang sedang haidl hukumnya haram, apabila telah memenuhi 2
unsur:
1. Niat membaca Al-Qur’an
2. Keluar suara
Menurut mazhab Imam Hanafi
memperbolehkan apabila membaca Al-Qur’an tidak menempati dua syarat
diatas.
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Aisyah ra. Ia berkata,”Aku datang ke Mekkah dalam keadaan haidl dan aku tidak berthawaf di Baitul Haram dan tidak juga antara Shafa dan Marwah. Lalu aku mengadukan kepada Rosulullah, lalu beliau bersabda:
اقعلى كمايفعل
الحاج غيران لا تطوفى بالبيت حتى تطهرى
Lakukanlah seperti yang dilakukan orang yang sedang
berhaji kecuali tawaf di Baitul Haram sampai engkau suci. (HR. Al-Bukhori).
Didalam hadis tersebut menerangkan bahwa perempuan yang sedang haidl disyariatkan untuk tetap berzikir mengingat Allah dan membaca Al-Qu’ran adalah salah satu bentuk dzikir, sebagai mana yang difirmankan oleh Allah:
انانحن نز
لناالذكروانالهلححفظون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesunggahnya Kami-lah benar-benar memeliharanya.”(Al-Hijr [15]: 9).
Maka boleh bagi wanita yang sedang
haidl untuk berdzikir mengingat Allah dan membaca Al-qur’an tetapi dengan niat berdzikir. Dan buku Shahih Fikih
Wanita yang ditulis oleh Abu Ubaidah Usaman, menuliskan bahwa diperbolehkan
bagi wanita yang sedang haidl untuk berzikir dan membaca Al-Qur’an karna tidak
ada dalil yang sahih dan secara gamblang Rosulullah yang melarangnya. Bahkan sebaliknya terdapat dalil yang menerangkan tentang
bolehnya membaca Al-Qur’an dan berzikir bagi orang yang sedang haidl.
Reverensi :
·
Terjemah Fathul Qorib penulis K.H. Abu Amar, halaman 66.
·
Buku Haidl dan Istihadhoh
penulis M.
·
Buku Shahih Fikih Wanita penulis Abu ‘Ubaidah Usman,
penerbit Insan Kamil halaman 47.
Komentar
Posting Komentar