Salat gerhana terbagi menjadi dua yaitu salat gerhana matahari dan bulan. Keduanya memiliki waktu yang berbeda yakni salat gerhana matahari dilaksanakan ketika gerhana matahari muncul dimana ada peristiwa sinar matahari menghilang baik secara total maupun sebagian pada siang hari karena terhalang oleh bulan yang melintas antara bumi dan matahari. Sedangkan salat gerhana bulan dilaksanakan ketika gerhana bulan muncul, sehingga pada saat itu akan terlihat peristiwa cahaya bulan menghilang baik sebagian atau total pada malam hari karena terhalang oleh bayangan bumi karena posisi bulan yang berada dibalik bumi dan matahari.
Kedua salat ini hukumnya sunnah muakad yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan mendekati wajib. Menurut buku terjemah Fath Al-Qarib yang disususn oleh tim penyusun ANFA 2015, lirboyo dan kumpulan dzikir dan doa Kafa Bihi yang disusun oleh Taufik dkk, PonPes An-Nur bahwa tata cara dalam shalat gerhana ini sama yaitu: Takbirotul ihrom bersamaan dengan niat, membaca alfatihah, ruku, berdiri kembali membaca alfatihah, ruku, i’tidal dan diteruskan sujud dua kali seperti biasa, ini terhitung satu rokaat, untuk rokaat kedua seperti rokaat pertama.
Adapun niat shalat gerhana matahari:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ ِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Niat gerhana bulan:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Waktu melaksanakn shalat gerhana matahari dan bulan yaitu sejak terbentangnya gerhana hingga gerhana berakhir atau kembali seperti semula lebih jelasnya kesempatan shalat gerhana matahari akan hilang karena matahari telah pulih. Begitupun gerhana bulan akan gugur shalatnya ketika bulan kembali bersinar dan keluarnya matahari tidak bersamaan saat waktu keluarnya fajar dan tenggelamnya bulan.
Shalat gerhana dianjurkan untuk berjamaah dan diperbolehkan melaksanakan sendiri karena berjamaah bukan merupakan syarat. Ketika dilaksanakannya jama’ah salat gerhana terdapat dua kali khutbah (menurut imam Syafi’i) sama seperti khutbahnya salat Idul Fitri, Idul Adha, dan salat Jum’at. Dalam salat ini terdapat pebedaan dalam hal pengerasan suara (menurut Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu hanifah, Al- Laits bin said dan mayoritas ulama) bahwa untuk salat gerhan matahari bacaannya dibaca dengan suara pelan (sirr) dan gerhana bulan bacaanya dengan suara keras (jahr).
Munculnya gerhana bulan dan matahari merupakan tanda kebesaran Allah, sehinngga kita diperintahkan untuk banyak bertobat setelah melaksanakan shalat tersebut. Allah SWT berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya,” (QS Fushilat [41]: 37).
Dan dipertegas dalam hadits nabi:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا
“Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian,” (HR Bukhari-Muslim).
Komentar
Posting Komentar