Nama
: Isnaini
Rofiatul Jannah
NIM : 15.10.967
Semester : II (dua) PAI B
Mata
Kuliah : FIQIH I
Dosen Pengampu :
M. Nasrudin. SHI M.H
a.
Pengertian Khutbah Jumaat
Khutbah adalah susunan
kata-kata berupa nasihat keagamaan dan diutarakan kepada orang banyak, untuk
mengajak mereka agar lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt.
Sedangkan khutbah Jum’at adalah pidato yang disampaikan oleh khatib pada jamaah
shalat Jum’at. Khutbah Jum’at merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
rangkaian ibadah shalat Jum’at. Khutbah Jum’at berisi pesan-pesan agama untuk
mengingatkan jamaah agar lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt,
serta memperbanyak ibadah dan amal shaleh. Hukum khutbah Jum’at menurut
kebanyakan ulama adalah wajib, berdasarkan hadits yang menyatakan bahwa Nabi
saw selalu melaksanakan shalat Jum’at disertai dengan khutbah.
Pada zaman
sahabat ketika adzan jum’at dikumandangkan khatib langsung naik mimbar dan
khutbah, sehingga banyak sahabat telat dan terlambat dalam mendengarkan khutbah
maka khalifah menjadikan 2 (dua) adzan, sehingga adzan pertama sahabat sudah
berkumpul di masjid, kemudian baru adzan ke-2 dikumandangkan dan khatib naik
mimbar, sehingga tidak ada yang telat lagi dalam mendengarkan khutbah karena
para jamaah sudah berkumpul pada saat adzan pertama dikumandangkan.
b.
Rukun khutbah ada lima:
1.
Membaca
hamdalah.
2.
Membaca
shalawat.
3.
Wasiat
bertakwa.
4.
Membaca
ayat al-Qur’an.
5.
Mendo’akan
orang mukmin pada khutbah kedua.
Dan disyaratkan
bagi khatib untuk memperdengarkan khutbahnya kepada 40 orang, antara khutbah
menyambung. sehingga jika dipisah meski ada udzur jum’at tidak sah, menutup
aurat, suci dari hadats dan najis dalam pakian, badan dan tempat. Rukun ke 3
shalat dua rakaat dengan berjamaah yang dilaksanakan usai khutbah.
c.
Syarat khutbah jum’at
Syarat khutbah adalah
segala sesuatu yang harus dipenuhi sebelum dan dalam pelaksanan khutbah.
Syarat-sayat khutbah antara lain:
1. Sudah masuk waktu shalat Jum’at/ Dzuhur, ditandai dengan sudah condongnya
matahari ke arah barat.
2. Khatib berdiri saat berkhutbah. Sebaiknya khatib berdiri saat menyampaikan
khutbah, terkecuali bagi yang tidak dapat berdiri dengan alasan tertentu.
3. Khutbah dengan suara lantang agar semua jamaah dapat mendengar isi dari khutbah
yang disampaikan.
4. Menggunakan bahasa yang dimengerti jamaah. Menyesuaikan bahasa khutbah
dengan jamaah sholat Jum’at, lebih mudahnya menggukan bahasa Indonesia yang difahami
sebagian besar masyarakat.
5. Khatib duduk diantara dua khutbah. Setelah khutbah pertama selesai, khutib
duduk sebentar sebelum melanjutkan khutbah kedua.
6. Khutbah dilaksanakan dengan tertib. Artinya, dimulai dari rukun khutbah, sunnah
khutbah, jarak antara dua khutbah, dan antara dua khutbah dengan shalat Jum’at.
d. Sunnah Khutbah Jum’at
Sunnah khutbah Jum’at adalah segala sesuatu yang
dianjurkan dalam pelaksanaan khutbah Jum’at, serta hal-hal yang berkaitan erat
dengan khutbah. Adapun sunah-sunah khutbah diantaranya adalah:
1. Khutbah dilakukan diatas mimbar atau di tempat yang tinggi sehingga dapat
dilihat oleh jamaah.
2. Setelah khatib naik ke mimbar, hendaklah ia memberi salam.
3. Setelah membaca salam sebaiknya khatib duduk di belakang mimbar atau pada
tempat yang telah disediakan.
4. Hendaklah khatib menghadap kepada jama’ah.
5. Menertibkan tiga rukun, yaitu memuji Allah swt, shalawat atas Nabi saw,
lalu berwasiat atau memberi nasihat kepada jamaah.
6. Pendengar (jamaah) hendaklah diam serta memperhatikan khutbah. Sebagian
ulama mengharamkan bercakap-cakap ketika khutbah berlangsung.
7. Khotbah sebaiknya tidak terlalu panjang, hendaknya singkat, ringkas, dan
padat.
Ø Para ulama berpeda pendapat dalam menetapkan hukum berdo’a dan membaca
shalawatketika khatib berkutbah
a. Imam Maliki berpendapat bahwa bid’ah (mengada-ada) hukumnya sebagian
manusia berbicara ketika khatib berkhutbah adalah bid’ah, tercela dan makruh,
tidak boleh dan dilarang. Jamaah shalat jum’at wajib tenang atau diam
mendengarkan.
b. Imam Abu Hanifah berpendapat makruh yang mendekati haram baik itu hanya
sekedar membaca do’a atau shalawat kepada nabi, ataupun percakapan tentang
urusan dunia dan dapat merusak ibadah jum’at. Pendapat ini adalah yang terkuat.
Boleh mengaminkan do’a khatib tetapi dengan sier (tidak terdengar oleh orang
lain).
c. Imam Syafi’i berpendapat bahwa membaca do’a dan shalawat di masjid sudah
dikenal sejak lama (boleh/jaiz) tidak salah jika berdo’a dan membaca shalawat
kepada nabi tetapi tidak berlebihan dengan mengeraskan suara, dan tidak
terdengar orang yang disampingnya. Imam Syafi’i tidak menyebutkan sebagai
sunnah hanya diperbolehkan saja.
Hukum muadzin
(bilal) sebelum khatib naik ke mimbar dan diantara dua khutbah. Menurut Asyaikh
Salim bin Samir Al-Hadromi dalam kitab safinah atau sulamun taufiq halaman 32
mengatakan “sebelum khatib naik ke mimbar muadzin (bilal) disunnahkan membaca:
معا شرالمسلمين حمكم اللة روي في الصحيح عن ابي هريرة رضي اللة عنه
قال: قال رسو اللة صل اللة عليه وسلم: اذاقلت لصا حبك والاء ماميخطب يو م ا لجمعة
انصت فقد لغو ت ومن لغا فلا جمعة لة انصتو او اسمعو ا ر حمكم اللة
Setelah itu khotib naik kemimbar dan kemudian membaca sholawat 3x
اللهم صل وسلم على سيد نا محمد و علي السيد نا محمد
Jadi hukumnya muadzin (bilal) sebelum khotib naik kemimbar itu
tidak wajib dikarenakan itu hanyalah sekedar pembeitahuan.
Komentar
Posting Komentar