Rasul Selalu Membaca Doa Qunut. Hukumnya Sunnah. Ini Hadisnya!


KH. Munawwir Abdul Fattah


Doa qunut adalah doa yang dibaca pada waktu i'tidal rakaat kedua (akhir) shalat Subuh. Doa qunut ini sudah jadi salah satu ciri orang NU. Yang jalankan doa qunut termasuk golongannya, dan yang tak mau qunut jelas bukan orang NU. Kendati kadang terkecoh ada tamu yang lupa tidak membaca qunut, atau memang sengaja tidak qunut.

Saking fanatiknya, ada orang NU yang lupa bahwa qunut hukumnya hanya sunnah. Sering orang menjadi akrab gara-gara, misalnya, seorang Jawa Timur pergi ke Jawa  Tengah, ketika tiba waktu subuh ia berhenti di sebuah masjid. Kebetulan jama'ah di situ sama-sama mengangkat tangan membaca doa qunut, spontan habis wiridan hubungan menjadi amat akrab bak saudara seperjalanan dan senasib hanya karena sama-sama mengerjakan qunut.

Ada sejumlah dalil (alasan) bagi orang-orang NU melakukan qunut.

Dalil pertama:

مذهب الشافعي: إن القنوت في صلاة الصبح بعد الركوع من الركعة الثانية سنة لما رواه الجماعة الا الترمذي عن ابن سيرين أن أنس بن مالك سئل هل قنت النبي صلى الله عليه وسلم في صلاة الصبح قال: نعم. فقيل له قبل الركوع أو بعد؟ قال: بعد الركوع.

Ulama' Syafi'iyah (pengikut madzhab Syafi'i) mengatakan: Kedudukan qunut pada shalat Subuh persisnya ketika bangkit dari rukuk (i'tidal) pada rakaat kedua, hukumnya sunnah karena ada hadits yang diriwayatkan ahli hadits kecuali at-Tirmidzi. Hadits itu diriwayatkan dari Ibnu Sirin, Anas bin Malik pernah ditanya Apakah Nabi menjalankan qunut pada thal udian ditanya lap Subuh? Jawab Anas: Ya! Kemudian dita letaknya di mana, sebelum atau sesudah Jawabnya: Sesudah rukuk.

Dalil kedua:

و يسن القنوت في اعتدال ثانية الصبح- إلى أن قال - للاتباع رواه الحاكم في المستدرك عن أبي هريرة قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رفع رأسه من الركوع في صلاة الصبح في الركعة الثانية رفع يديه فيدعو بهذا الدعاء "اللهم اهدني .. إلى آخر ما تقدم. لكن لم يذكر ربنا. وقال صحيح...

:

Qunut itu disunnahkan, letaknya ketika i'tidal, rakaat kedua shalat Subuh. Keterangan tersebut sampai: ..karena mengikuti nabi.  Hadits diriwayatkan Hakim dalam kitab Mustadrak dari Abu Hurairah: Rasulullah mengangkat kepalanya dari rukuk pada shalat Shubuh di rakaat kedua, dia mengangka tangannya kemudian berdoa: Allahumma ihdini fiman hadaita... Rasulullah tidak memakai kata-kata Rabbana... Hadits ini shahih.

Dalil ketiga:

وقوله وسن  قنوت الصبح- أي لما صح انه صلى الله عليه السلام مازال يقنت حتى فارق الدنيا.

Qunut Subuh itu disunnahkan, ini berdasar pada hadits shahih: Rasulullah selalu qunut sampai dia wafat. 

Dalil keempat:

فإنه إنما سأل أنسا عن قنوت الفجر فأجابه عما سأله عنه وبأنه صلى الله عليه وسلم وأله وسلم كان يطيل صلاة الفجر دون سائر الصلوات. قال ومعلوم انه كان يدعو ربه ويثنى عليه ويمجده في هذا الإعتدال. وهذا قوت منه بلا ريب فنحن لا نسك ولا نرتاب انه لم يزل يقنت في الفجر حتى فارق الدنيا.


Ketika seseorang bertanya kepada sahabat Anas tentang qunut Fajar, Anas menjawab sambil menambah keterangan: Rasulullah (ketika qunut), ia memanjangkan shalat Fajar (Subuh) tidak seperti shalat-shalat lainnya.

Panjang, karena dia membaca doa, memuji Allah dan mengagungkan-Nya dalam I'tidal ini. Dan, inilah yang dikatakan qunut, tidak diragukan lagi. Kita tidak perlu syak (bimbang) dan ragu lagi bahwa Rasulullah membaca qunut dalam shalat Subuh sampai dia meninggal."

Lehat I lâmisy Qalyuby Mahally, Juz I, hlm, 157.
Lihat l'ânah at-Thalibin, Juz 1, hlm. 158.
Lihat Nail al-Authar, Juz II, hlm. 387.


Dikutip verbatim dari KH Munawwir Abdul Fattah Tradisi Orang-orang NU Yogyakarta Pustaka Pesantren hlm 48-52.

Baca Juga

Komentar