KH. Munawwir Abdul Fattah
Setiap orang Islam sebaiknya memperhatikan golongan mayoritas muslim di negerinya. Sudah tentu konotasinya muslim yang akidahnya betul (Ahlussunnah wal Jama'ah). Orang Islam tidak diperkenankan menyendiri, dalam artian membuat kelompok yang eksklusif, sehingga terjadi perpecahan di antara umat Islam.
Anjuran untuk mengikuti kelompok besar ini berdasar pada kitab Sullam al Ushul Syarh Nihâyati Su'al" Juz IV, yaitu:
وقال في الجزء الرابع من سلم الأصول شرح نهاية الاول: قال صلى الله عليه وسلم: "اتبعوا السواد الأعظم".
Seperti dinukil dari kitab Sullam al-Ushul, Rasul bersabda: Ikutilah golongan mayoritas!
Dalil kedua:
وقد ورد في الحديث التبشير بالشافعي ومالك, فروی الطيالسي في مسنده والبيهقي في المعرفة حديث -"لا تسبوا قريشا فإن عالمها يملأ الأرض علما".
Ada sebuah hadits tabsyir bagi Imam Syafi w Imam Malik, Thayalisy meriwayatkan di dalam Musnad-nya dan Baihaqy di dalam Marifat-nya, yakni hadits: Jangan mencaci bangsa Quraisy karena orang alimnya ilmunya memenuhi dunia ini.
Dalil ketiga:
قال الإمام أحمد وغيره: هذا العالم هو الشافعي ل لانه لم ينتشر في طباق الأرض من علم عالم قرشي من الصحابة و غيرهم ما انتشر من علم الشافعي رضي الله تعالى عنه وروى الحاكم في المستدرك وغيره يضربون اكبال الإبل فلا يجدون عالما أعلم من عالم المدينة .
قال سفيان: نرى هذا العالم مالك بن أنس وما يورد في ذكر أبي حنيفة رحمه الله تعالى من الأحاديث فباطل كذب لا أصل له.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan:
Yang dimaksud orang alim dari bangsa Quraisy ialah Imam Syafi'i karena tak seorang pun mampu menyebarkan ilmu pengetahuan di muka bumi ini dari bangsa Quraisy melebihi Syafi'i. Demikian pula Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak, yakni hadits tentang hati onta: Mereka tidak menemui seorang yang lebih alim dari orang alimnya penduduk Madinah.
Sufian juga mengatakan: Kita tahu bahwa yang dimaksud hadits di atas ialah Malik bin Anas seperti pernah disampaikan Imam Abu Hanifah tentang hadits-hadits bahwa itu semua bohong, pasti.
Lihat Ahkam al-Fuqaha, Juz. I, hlm. 6
Lihat Itmam al-Dirayah Il Qurrå'i al-Nihayah, hlm. 18.
Dikutip verbatim dari KH Munawwir Abdul Fattah Tradisi Orang-orang NU Yogyakarta Pustaka Pesantren, hlm. 15-17.
Komentar
Posting Komentar