KAWINI PEREMPUAN YANG RELA HATI KEPADAMU, BUKAN PEREMPUAN YANG KAMU SENANGI.

Oleh KH Imam Nakho'i

Banyak yang masih menterjemahkan ayat ke 3 An-Nisa', dengan "...dan jika kamu tidak akan mampu berbuat adil terhadap anak yatim maka kawinilah perempuan-perempuan  "YANG KAMU SENANGI", dua, tiga  atau empat...".

Terjemahan ini, menurut saya kurang tepat. Akibatnya perempuan hanya dijadikan obyek (maf'ul bihi) dari kesenangan laki-laki (fa'il). Seakan akan terjemahan seperti itu akan mengatakan bahwa laki-laki boleh mengawini perempuan yang disukainya, sekalipun perempuan-nya tidak menyukainya. Inilah yang melahirkan cara-cara pemaksaan dalam perkawinan yang berdampak lanjutan lahirnya kekerasan terhadap perempuan. Olehnya perlu memperbaiki narasi-narasi seperti itu.

Secara bahasa terjemahan ayat di atas adalah " jika kalian Khawatir tidak mampu berbuat adil terhadap anak-anak yatim (maka seharusnya kekhawatiran itu juga terjadi jika kalian menikah tampa batas, maka batasilah dengan) nikahilah PEREMPUAN YANG RELA KEPADAMU , dua-dua, tiga-tiga, tau empat-empat saja. Dan jika masih khawatir untuk tidak berbuat adil juga, maka cukup "istri mu yang satu, yang sudah ada itu" (tidak usah menambah lagi). Inti utama ayat ini adalah melakukan "pembatasan" terhadap tradisi kawin jahiliyah yang tampa batas, yang membolehkan mengawini perempuan berapapun. 

Kekurangtepatan terjemah itu terjadi karena tidak melihat "asbabun nuzul" ayat. Kedua tidak teliti dalam melihat struktur bahasa arabnya. Ayat "ما طاب لكم "   diartikan perempuan yang kamu sukai/senangi. Padahal seharusnya " nikahi perempuan yang rela (siapa perempuan itu) kepadamu" . Kata "طاب " juga diartikan "suka/senang" yang sangat fisikal, padahal kalau merujuk pada ayat sesudahnya, ayat  4 an-Nisa, kata yang sama diartikan "rela hati" yang menggambarkan suasana hati. Suasana hati perempuan ketika akan menikah harus diperhatikan, apakah ia rela terhadap pasangan dan perkawinan itu atau tidak. Jika tidak, maka itu bagian dari pemaksaan dan kekerasan terhadap perempuan.
 
Jadi membaca terjemahan ayat itu juga harus hati-hati, karena bisa jadi terjemahan itu dipengaruhi oleh ideologi atau kepentingan penerjemah, termasuk terjemahan saya ini. 

wallahu a'lam
Jkt 070124

Baca Juga

Komentar