Menitipkan Anak


Ning Evi Ghozaly

Tahun pelajaran baru ya. Orang tua dan wali santri hadir serentak untuk menyerahkan putra putrinya pada sekolah dan pesantren. Menitipkan, sesuai seharusnya. Nah, lalu apa yang saya sampaikan kemarin saat acara parenting bersama wali santri?

1. Selamat datang. Selamat bergabung di pondok pesantren ini. Selamat menjadi keluarga besar kami.

2. Terima kasih sudah mempercayakan putra Bapak Ibu dalam pengasuhan kami. Semoga kami amanah, kuat dan dimampukan Allah mendidik putra Bapak Ibu. Semoga kami selalu dapat mendidik dengan cinta, mendampingi dengan kasih sayang hingga anak kita nanti menjadi manusia bahagia, mandiri, istiqomah, bermanfaat dan selamat sukses dunia akhirat.

3. Apakah Bapak Ibu setuju jika pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua sepenuhnya? Siapa yang sepakat? Semua tunjuk tangan, sepakat. 

Baiklah. Karena keterbatasan waktu, ilmu dan lain-lain maka Bapak Ibu meyerahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anak pada kami. Betul? Betuuul, jawabnya serentak. Maka sesungguhnya, tanggung jawab utama tetap pada orang tua ya? Kami membantu. Sepenuhnya dan sungguh-sungguh ketika ananda berada di sini. Tapi tolong, Bapak Ibu tetep mendampingi ananda nggih. 

4. Dengan cara apa? Minimal dengan tirakat dan doa.

Jangan lepas sholat wajib ya. Jangan putus berdoa.

5. Jika bisa, tambahkan amalan kecil lagi. Niatkan pahalanya untuk ananda, tekadkan agar menjadi tirakat yang membuat ananda betah, senang dan bersemangat selama di pondok pesantren. Sampai di sini, banyak wali santri yang mulai prembik-prembik nangis.

Ayo apa tirakat yang akan Bapak Ibu niatkan istiqomah? Yang ringan saja, tapi harian. Jangan yang berat, nanti ngersulo nggih.

Jawaban wali santri beragam: puasa Senin Kamis, Tahajud atau Dhuha, shadaqah 500 rupiah tiap subuh, tilawah Al Quran, tiap mau bekerja meniatkan pahalanya untuk orang tua dan keluarga, bertawassul...dan lainnya.

6. Bapak Ibu, tinggal di pesantren itu berat. Berat banget. Kita saja belum tentu kuat. Apalagi Dilan 😅

Bayangkan, sebelum subuh sudah harus bangun untuk tahajud dan nderes Al Quran. Ba'da subuh, kajian. Mandi, sarapan kemudian sholat dhuha dan mengikuti program Diniyah. Belajar ilmu agama sak ambrah-ambrah. Ples kitab kuning gundul yang tidak ada rambut dan jenggotnya. Hadirin ketawa 😅

Istirahat sak nyu'an, kemudian sekolah formal SMP atau SMA. Istirahat sebentar, lanjut Diniyah program Al Quran. Bayangkan Bapak Ibu. Kalau kita, mungkin kepala sudah berasap. Mentolo slulup aja di blumbang 😅

Istirahat makan siang, lalu tidur siang. Biasanya sih dimanfaatkan anak-anak untuk ngobrol dan main futsal. Sebagian tidur siang. Sore ba'da sholat ashar, baru ikut ekskul sak senengnya. Volly, tapak suci, badminton, futsal lagi, kaligrafi, komputer, membaca atau mainin kucing yang sering kluyuran di dapur umum.

Persiapan maghrib. Jamaah, setor hapalan. Makan malam, jamaah Isya, murojaah, baru istirahat pkl 21.00 malam. Itu pun, gini ya. Pas jam malam itu, para musyrif ngabsen santri untuk sesi terakhir. Siapa tahu ada yang lupa balik ke asrama, jalan-jalan entah kemana 😅

Musyrif memberi motivasi di masing-masing asrama, ngecek anak yang sakit, ngajak ngobrol saling cerita, salim trus harusnya santri tidur manis kan ya? Enggak. Seringnya mereka main lagi. Kadang saling mbully, berujung berantem beneran. Anak lelaki mah, kasus begini sering banget. Makanya kami pasang CCTV di tiap kamar dan ruang.

7. Berat kan, Bapak Ibu? Pasti ada rasa jenuh, bosan, rindu rumah. Makanya, 40 hari pertama mohon Bapak Ibu fokus mendoakan dan tirakat ya. Jangan menghubungi putra Bapak Ibu dulu lewat tilp atau sambang.

Di sini, mereka juga berjuang untuk kerasan dan menyesuaikan diri. Kalau baru sepekan sudah dihubungi, biasanya ngik ngek yang diceritakan tidak enaknya saja. Nangis sambat, ibunya nggak tahan denger rengekan putranya, lalu terjadilah drama. Pengalaman tahun sebelumnya begitu.

Jangan khawatir, setiap hari kami akan upload foto dan keterangan kegiatan di WAG wali santri. Bapak Ibu bebas bertanya apa saja dan menyampaikan apa saja ke kami. Jam berapa pun, asal nggak diatas 11 malam. Tenang, mereka punya waktu curhat yang panjang di sekolah dan asrama, pada kami orang tua kedua. Mereka juga bisa menulis surat pada Bapak Ibu kok, yang penting jangan tilpun atau datang dulu ya. 

Kalau mendesak? Tentu sangat pareng lho Bapak Ibu bicara dengan putra panjenengan. Boleeeh banget. InsyaAllah semua terkelola dengan baik. Komunikasi lancar, wong satu musyrif hanya mendampingi 20 santri, selama 24 jam.

8. Doakan anak-anak minimal 9 kali sehari ya. Usai sholat 5 waktu dan pada 4 momen istimewa. Sambil terus membayangkan wajah anak kita. Minimal bacakan alfatihah sekali dan sholawat tiga kali.

Kalau pas Bapak Ibu makan enak, jangan mbatin aduh anakku di pondok  makan apa ya? Nanti nyetrum, anak jadi nggak enak hati. Jangan cemas Bapak Ibu, ini menu makan sebulan kami sampaikan di sini ya. Saya menunjukkan hand out yang dibagikan pada wali santri. Setiap jam makan, piring makan anak-anak kami potret satu dua. Kami kirimkan di group. Maka tolong dijawab pertanyaan di form ini, putra Bapak Ibu alergi makanan apa saja? Lauk yang disukai apa saja?

9. Setelah 40 hari, Bapak Ibu bebas bertemu ananda. Pada hari penjengukan. Saat itu, sampaikan rasa kangen, cinta dan motivasi terbaik ya. Tentu sambil membawa air doa yang sudah Bapak Ibu siapkan dari rumah, yang sudah Bapak Ibu tiupkan doa-doa terbaik usai munajat. 

10. Setelah bertemu putra Bapak Ibu, kami akan berikan form tertutup. Silakan sampaikan pada kami tertulis, cerita menyenangkan apa yang Bapak Ibu dengar dari ananda? Apa saja hal tidak menyenangkan yang dialami putra Bapak Ibu selama 40 hari. Sandal dighosob atau tertukar? Bekal snack hilang? Guru galak? Teman nakal? Rebutan bantal? Antrian mandi diserobot teman?

Kita bicarakan bersama. Kita selesaikan bersama. Terbuka. 

11. Ayo kita bekerja sama dalam mendidik anak kita. Mohon taati peraturan pesantren ya, yuk berkomunikasi dengan baik, kalau ada masukan disampaikan sesuai prosedur. Jangan nulis status atau rasan-rasan memaki pesantren dan guru lho, khawatir ilmu anak kita nggak berkah nggih. Yakin bismillah, dengan pertolongan Allah yang sulit akan dipermudah 😀

::

Saatnya MC memberi kode. Waktu saya habis. Anak-anak dipanggil untuk menemui orang tua masing-masing. Silakan Nak duduk di tengah Bapak dan Ibu, diantara Ayah dan Bunda.

Kita berdoa bersama. Lalu katakan pada ananda bahwa Bapak Ibu ridla dengan apapun adanya. Bapak memaafkan semua salah ananda. Mengikhlaskan ananda nyantri mondok semoga betah bahagia dan mendapat ilmu manfaat barakah.

Sampaikan Bapak Ibu juga akan "nyantri" di rumah. Nyurung setulus yang Bapak Ibu bisa, agar cita-cita ananda tercapai. Mendukung penuh dengan doa dan tirakat.

Selanjutnya kami pandu semua wali santri untuk membaca fatihah, surah Al Qodr dan Al Insyirah. Ngendikan para guru kyai, lantaran bacaan dua surah itu insyaAllah hati anak kita lapang, legowo, kuat tawakkal dan dijauhkan dari perbuatan zina. Sambil dipegang kepalanya, lalu dipegang dadanya. Sholawat. Ditiup pelan. Hm, mulai terdengar isak.

Semua wali santri memeluk ananda erat-erat. Tangisan pecah. Kemudian tiga wali santri berdiri, menuntun putranya dan menyerahkannya pada kami, mewakili wali santri lain. Kami menerimanya dengan senyum tulus. InsyaAllah. Laa quwwata illa Billah.

Momen akhir yang mengharu biru. Bikin semendal poll, tapi semoga menjadi awal yang indah dan senantiasa berkah. Amin.

:: 

Biyuuuh, tulisan saya kok puwanjang men tho. Mohon maaf ya semua 🙏😀

- Ppm Annida , 10 Juli 2023 -

📷 Pelukan sayang, tangis haru dan doa-doa terbaik dari orang tua hebaaat untuk anak ganteng sholih.

#MasyaAllah
#LaaquwwataillaBillah

Baca Juga

Komentar