NU Sebagai Organisasi Keagamaan Pelestari dan Pengamal Ajaran Islam Aswaja

Oleh Yusuf Suharto

NU merupakan sebuah organisasi keagamaan yang berdiri pada 16 Rajab 1344 H/31Januari 1926 M. Jam'iyah yang didirikan dengan nama Nahdlatul Ulama ini sejatinya memiliki citra yang membanggakan baik berskala nasional maupun Internasional, pada masa awal berdirinya hingga saat ini. Organisasi yang didirikan oleh para Ulama dan Kiai ini bertujuan untuk mempertahankan sekaligus melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja). 

Ajaran Islam berhaluan Aswaja ini sebenarnya telah disampaikan oleh para mubaligh manca negara yang datang ke Indonesia (Nusantara) sejak abad ke-7 M. Sedangkan pada abad ke-9 M, Daulah Abbasiyah mengirimkan mubaligh bermadzab Syafi'i ke Sumatera Utara sebagai awal mula diajarkan dan dikembangkannya Aswaja di Indonesia. 

*Pondok Pesantren Media Pelestarian dan Pengamalan Ajaran Islam Aswaja*

Di Indonesia agama Islam masuk dengan cara yang ramah, damai, dan tidak menggunakan kekerasan. Dengan adanya pola dakwah yang sangat bijaksana ini, para dai mampu memengaruhi hampir seluruh penduduknya memeluk agama Islam. Namun demikian belum semua orang yang mengaku Islam benar-benar mengerti dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar. 

Dalam rangka pengembangan dakwah dan menjadikan umat Islam mengerti secara mendalam tentang ajaran Islam, maka didirikanlah pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan satu- satunya lembaga pendidikan dan dakwah Islam sekaligus pendalamanan agama bagi pemeluknya secara terarah. Pengajaran di pondok pesantren yang bersumber dari kitab salaf merupakan media pelestarian dan pengamalan ajaran Islam Aswaja ini. 

*Aliran Wahabi Penentang Amaliah Nahdlatul Ulama* 

Pada permulaan abad ke-19 M, muncul gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau Sumatera Barat yang dipimpin oleh Haji Miskin dan kawan-kawan sekembalinya dari Makkah. 

Gerakan mereka serupa dengan aliran Wahabi di Saudi Arabia. Gerakan pembaharuan ini terus berkembang dengan semboyan pemurnian ajaran Islam daei segala bentuk bid'ah dan khurafat. Mereka mengecam penganut madzhab dan menentang amaliah keagamaan seperti ziarah kubur, tahlilan,  berkirim doa kepada orang yang sudah meninggal dunia, dan membaca shalawat Nabi. Mereka tidak segan membicarakan masalah-masalah khilafiah yang sebenarnya merugikan persaudaraan sesama muslim, di berbagai tempat dan kesempatan. 

Pengembangan ajaran ini diperkuat dengan adanya perubahan politik di Saudi Arabia yang berpindah dari aliran sunni ke aliran Wahabi dengan pimpinan Muhammad bin Saud. Munculnya gerakan ini kurang dapat diterima oleh para ulama pesantren, karena gerakan ini berpotensi memecah belah persatuan umat yang pada saat itu sangat membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam menghadapi penjajah Belanda. 

*Para Kiai Membela Amaliah Aswaja Hingga Tingkat Internasional*

Pada saat ketegangan terjadi antara kelompok Wahabi di Indonesia dengan para kiai, maka kelompok diskusi Tashwirul Afkar yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Hasbullah berinisiatif mendirikan jam'iyah yang kemudian gagasan tersebut disampaikan kepada KH. Hasyim Asy'ari, akan tetapi beliau belum bisa menerima sebelum melakukan shalat istikharah. Petunjuk dari Allah yang dimohonkan oleh KH. Hasyim Asy'ari ternyata  diterima oleh KH. Kholil, seorang ulama terkemuka yang berdomisili di Bangkalan Madura. Beliau adalah guru KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Petunjuk yang diterimanya itu berupa tongkat yang disertai dengan ayat-ayat al Quran surat Thaha ayat 17-23. Petunjuk tersebut disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy'ari melalui perantara Kiai As'ad Syamsul Arifin. Namun beliau belum mengambll keputusan dan tetap bertindak hati-hati sambil menunggu isyarat berikutnya. 

Setahun kemudian KH. Kholil mengutus salah seorang santrinya, KH As'ad Syamsul Arifin untuk menemui KH. Hasyim Asy'ari dan menyampaikan tasbih yang disertai dengan bacaan Ya Jabbar Ya Qahhar yang diamalkan setiap selesai mengerjakan shalat lima waktu. Hal itu menambah keyakinan KH. Hasyim Asy'ari untuk membentuk jam'iyah bagi para ulama pembela Islam Aswaja dan memberi restu kepada KH Abdul Wahab Hasbullah untuk membentuk Komite Hijaz dan mendirikan jam'iyah. 

Komite Hijaz mengirimkan delegasi yaitu KH Abdul Wahab Hasbulah dan Syaikh Ghana'im al-Mishriy. Delegasi ini tidak bertugas menghadiri Muktamar Dunia Islam tetapi untuk menghadap langsung kepada Raja Ibnu Saud dan menyampaikan permohonan agar diberlakukannya kemerdekaan bermadzhab di negeri Hijaz dan tetap diramaikannya tempat-tempat bersejarah bagi para jama'ah haji. 

Delegasi komite Hijaz diterima oleh Raja Ibnu Saud pada 13 Juni 1928. Dalam pertemuan tersebut raja memberi respon yang sangat positif terhadap tuntutan yang disampaikan oleh Komite Hijaz. Raja Ibnu Saud juga mcmberi jawaban tertulis kepada PBNU dengan nomor : 2082 tanggal 24 Dzulhijjah 1346 H. 

Perjuangan NU dalam bidang pemikiran keagamaan dilakukan dengan berpegang teguh pada pendirian dasar, kaidah dan metode Pemikiran keagamaan Ahlussunnah wal Jamaah. NU juga memperhatikan kondisi khusus umat Islam dan seluruh masyarakat bangsa Indonesia.

*NU Sebagai Jam'iyah Penerus dan Pewaris Nabi*  

Jika diperhatikan dari uraian di atas, NU sesungguhnya merupakan organisasi keagamaan yang ada di Indonesia dan memegang teguh ajaran Islam yang berhaluan Aswaja. Kehadiran organisasi keagamaan ini, sejak awal berdirinya hingga sekarang nampaknya menjadi sorotan tajam dari kelompok aliran agama Islam yang lain. Mereka menganggap NU merupakan basis khurafat, bidah yang bisa menggiring umat Islam masuk dalam kesyirikan serta amaliah warganya tidak berdasarkan hujjah yang otoritatif. 

Tuduhan dan kecaman kelompok lain yang tidak suka dan atau tidak sependapat dengan Nahdlatul Ulama ini sesungguhnya tidak beralasan. Hal ini karena NU didirikan oleh para ulama dan kiai yang memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi. Mereka sendiri adalah tergolong orang-orang yang shaleh, mukhlis dan muhsin serta ahli beribadah kepada Allah. Banyak di antara mereka sesungguhnya merupakan para Wali Allah. Mereka mencintai dan dicintai Allah. Seluruh kehidupan mereka digunakan untuk memikirkan umat agar terwujud kehidupan yang adil, makmur, aman, tenteram, damai, penuh dengan berkah dari Allah.


Baca Juga

Komentar